Minggu, 24 Januari 2010

BANGUNAN IKLIM ANTARTIKA


 Igloo adalah rumah atau tempat tinggal sementara, berbentuk kubah dan dibangun dari balok-balok salju. Walaupun igloo identik dengan tempat tinggal orang Inuit, igloo banyak dibangun orang Kanada yang tinggal di Arktik tengah dan wilayah Thule di Greenland. Salju juga digunakan sebagian orang Inuit untuk melapisi rumah yang dibangun dari tulang ikan paus dan kulit hewan. Salju cocok digunakan sebagai Insulator (bahan penyekat) dari cuaca dingin. Suhu ruangan di dalam igloo jauh lebih hangat, dan memungkinkan manusia untuk hidup walaupun suhu di luar bisa mencapai -46°C. 


Jenis Igloo

Iglo terdiri dari 3 jenis yang dibedakan menurut besar ruangan dan kegunaan:
Igloo tipe kecil untuk tempat berlindung sementara (semalam atau dua malam) yang sering dibangun pemburu sewaktu berburu di padang atau lautan es.
Igloo semipermanen berukuran sedang untuk tempat tinggal keluarga. Di dalamnya hanya terdiri dari 1 ruangan yang bisa ditinggali bersama oleh 2 keluarga. Sejumlah igloo semipermanen di suatu daerah membentuk permukiman "desa orang Inuit".
Igloo berukuran besar yang dibuat untuk kesempatan khusus. Dibangun dari igloo berukuran lebih kecil yang dirombak agar menjadi lebih besar, tapi bisa juga merupakan bangunan baru. Di dalam igloo berukuran besar terdapat 5 ruangan dan dapat menampung sampai 20 orang. Igloo berukuran besar bisa juga dibangun dari beberapa igloo berukuran kecil yang dihubungkan dengan terowongan, sehingga hanya ada satu jalan masuk untuk beberapa igloo. Di dalam igloo berukuran besar bisa diadakan pesta bersama, dansa tradisional ( musik Inuit dan Kattajaq).

Cara membuat Igloo


Salju yang mengeras akibat terpaan angin cocok untuk membangun igloo, karena terpaan angin membuat kristal es menjadi saling berpaut. Salju menjadi keras tapi masih cukup lunak untuk dipotong. Blok-blok salju dipotong dan disusun sebagai dinding. Lubang bekas galian salju dijadikan ruangan depan di dekat pintu masuk. Bagian dalam yang lebih tinggi dijadikan ruang keluarga dan ruang tidur. Terowongan kecil sering dibangun di depan pintu masuk, agar angin dari luar tidak langsung masuk ke dalam dan kehangatan dari dalam tidak lari ke luar sewaktu pintu dibuka. Salju merupakan bahan pelapis yang baik, sehingga ruangan di dalam igloo bisa dijadikan tempat tinggal yang hangat dan nyaman. Satu atau dua balok es pada dinding perlu dilepas untuk membuat jendela dan ventilasi agar ruangan dalam igloo tidak gelap ketika pintu dari balok salju ditutup.


Igloo merupakan konstruksi kubah yang unik, karena dibangun dari balok-balok yang saling menopang satu sama lainnya tanpa menggunakan struktur rangka. Bila dibangun dengan benar, bagian atap kubah igloo sanggup menahan berat satu orang yang berdiri di atasnya. Panas dari lampu tradisional Inuit yang disebut qulliq bisa melumerkan es pada bagian dalam igloo, tapi bagian es yang mencair bisa segera beku kembali dan membentuk lembaran es baru yang menambah kekuatan bangunan igloo.


Ruang tidur terletak di bagian dalam rumah yang lebih tinggi daripada ruangan yang ada di dekat pintu masuk. Bagian dalam igloo yang lebih rendah merupakan ruangan tempat udara dingin berkumpul, karena udara dingin yang mempunyai berat jenis tinggi mengalir ke bawah. Sebaliknya, udara panas yang mempunyai berat jenis rendah mengalir ke atas, sehingga ruang tidur tetap hangat bila dipasang pemanas, lampu, atau tidur dengan hanya memakai selimut.
 

BANGUNAN BERSEJARAH - KATEDRAL


 Bangunan ini terletak di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo Semarang. Saat ini bangunan terdiri atas Katedral, gedung pertemuan dan sekolah (SD Bernadus dan SMP Dominico Savio). Katedral menjadi gereja induk di wilayah Keuskupan Jawa Tengah Agung Semarang. Bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Semarang

Bangunan Katedral merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal yang berorientasi pada arsitektur barat. Kompleks bangunan didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk, masing-masing berada di sisi Barat, Selatan dan Utara.

Seperti pada umumnya Gereja Katholik yang dibangun sebelum Konsili Vatikan II, tata letak tempat duduk jemaat memanjang ke belakang. Pondasi bangunan terbuat dari batu dengan sistem struktur dinding memikul dan ruangan yang besar bebas kolom. Sebagian dinding dilapisi batu alam, sampai hampir setengah tinggi bangunan.

Konstruksi atap adalah limasan mejemuk, yang ditutup dengan genteng. Pada puncak limasan terdapat menara yang dilapisi dengan pelat logam. Terdapat penebalan pada dinding dan membentuk parapet. Teritisan cukup lebar. Serambi terdapat pada bagian setiap entrance. Serambi ini dinaungi oleh atap yang menyatu dengan bangunan utama, dan tidak didukung oleh kolom ataupun konsol. Entrance memiliki pintu berdaun ganda dengan panel berupa kayu yang tebal. Penerangan dapat masuk ke bangunan secara langsung.

Pada lokasi Katedral ini semula dipergunakan sebagai Dienst voor Volks Gezeondheid atau Dinas Kesehatan di zaman penjajahan Belanda. Pada tahun 1926 tanah tersebut kemudian dibeli oleh pengurus gereja. Sejak itulah gedung perkantoran dirombak menjadi sebuah gereja Katholik. Gedung itu kemudian dijadikan tempat kedudukan uskup.

Desain bangunan dirancang oleh arsitek Belanda J.Th.Van Oyen dibantu konstruktor Kleiverde. Tahun 1937 diadakan pemugaran dan perluasan Katedral, seperti tertulis pada Surat Uskup Batavia tanggal 20 Desember 1937 kepada Pater P.C. yang menjabat sementara sebagai Kerk-en Armbestuur.

Pada tanggal 9 Agustus 1940 Jawa Tengah diresmikan sebagai vikarist apostolik di bawah pimpinan Mgr. A. Soegijopranoto,S.J. sebagai uskup agung pertama di Indonesia. Gereja yang memiliki nama resmi Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci kemudian berkembang menjadi Gereja Katedral.

Untuk mencapai Gereja katedral Randusari ini cukup mudah (lihat pada peta). Bila Anda kurang mengenal Kota Semarang, Anda dapat menggunakan angkutan kota/mikrolet maupun bis kota apa saja yang melewati kawasan Tugu Muda. Bila Anda berangkat dari kawasan Simpang Lima silakan naik angkot jurusan Karang Ayu – Penggaron, berhenti di lampu merah kawasan Tugu Muda. Gereja ini terletak di sebelah Selatan kawasan Tugu Muda.
 

BANGUNAN EROPA


 ini adalah salah satu bangunan di eropa, yang merupakan salah satu bangunan tertinggi disana (new york) dengan memperhatikan banguna ini terlihat jelas adanya repetisi bentuk pada menaranya. yang dibangun oleh William Van Alen (1930) yang terinspirasi dari seni kubism dan bentuk-bentuk mesin. bangunan ini merupakan gaya dari art deco yang bercirikan garis-garis geometrik licin dan dekorasi bergaya.
para arsitektur di eropa ternyata tidak bersinambung satu-sama watak. oarng-orang di eropa pada zaman-zaman awal sebelum dan selama abad-abad pertengahan, seperti bangsa-bangsa lain di seluruh dunia ketika itu (kecuali oarang-orang yunani romawi) menghayati karya-karya arsitektur dengan mental spiritualitas keagamaan dan mitologis; walaupun tidak terlalu gaib seperti manusia india kuno atau bangsa-bangsa benua lain. Namun arsitektur sebagai penghadiran simbolis makrokosmos tetaplah kita jumpai juga di dunia barat kala itu. Gedung gereja misalnya selalu diberi arti “Yerusalem Baru” selaku pengejawantahan kota.

darusalam surgawi, ialah kerajaan Tuhan. oleh karena itu kebanyakan masyarakat eropa sangat maju dalam perancangan tapak dan bangunan. seperti yang kita lihat sekarang di benua eropa ini khususya di new york merupakan area perkantoran dan banguna-bangunan yang luar biasa indahnya disana, dengan kata lain arsitektur di eropa telah mengerti bahwa bahwa seni membangun adalah seni untuk menciptakan sesuatu yang terbaik bagi para penghuni, dan juga bagi negara itu sendiri untuk menunjukan bahwa negara tersebut merupakan negara maju.

namun seperti W. Pindler berkat: “… tujuan yang telah dilahirkan dalam diri kami (masyarakat eropa) tidak bernama penyesalan, melainkan perubahan”. arsitektur modern di dunia eropa menjelang tahun 70-an dan sesudahnya mengalami kelesuan konsep dan keyakinan diri. yang membuat oarang eropa sadar, betapa keroposnya bagian-bagian penting sistem dan gaya kehidupannya. maka gaya agung arsitektur internasional semakin dirasakan kodian tak memuaskan lagi. orang mulai mencari inspirasi dan perlindungan dalam warisan -warisan kebudayaan lokal lama. bahasa “vernacular” (pribumi setempat) mendapat penghargaan lagi, dan para arsitek barat semakin ingin lepas dari “keagungan universal” kaidah-kaidah estetika yang ditahun-tahun sesudah perang dunia II menjadi pedoman umum yang digariskan oleh para master mereka, seperti walter gropius, le corbusier dan terutama mies van de rohe

BANGUNAN ALAM - RUMAH POHON

bangunan alam merupakan banguna yang sangat spesial di negara manapun, karena benguna tersebut menggambarkan kebudayaan atau ciri khas dari suatu daerah.
contohnya rumah pohon ini. rumah pohon ini merupakan salah satu bangunan alam yang menggambarkan ciri khas dari daerah tersebut. bisa dikatakan bahwa daerah yang masih menggunakan rumah pohon sebagai tempat berteduh merupakan daerah pedalaman yang belum mengenal tentang perkembangan atau peradaban sekarang ini. atau juga bisa saja daerah tersebut menyenangi dengan hidup mereka yang sekarang dan menolak untuk menganut budaya dari luar.
seperti yang ada di negara kita sendiri, sebagai contohnya di indonesia bagian timur, yaitu di daerah papua. kebanyakan hidup mereka masih sangat tradisional. tapi sangatlah unik jika kita mempelajari budaya da kehidupan mereka sehari-hari.

 

BANGUNAN ALAM - RUMAH TRULLI

ini adalah rumah-rumah trulli. yang merupakan salah satu dari bangunan alam. perhatikan struktur atap yang tediri dari tumpukan batu dengan bentuk jadinya yang konsistein. kebanyakan orang mengatakan bahwa kehadiran bangunan alam tak begitu menarik. dengan kata lain keindahaan adalah kegunaan. semakin berguna semakin indah. tetapi kita jangan terlalu cepat menyimpulkannya.
Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa tidak semua yang berguna berbentuk indah dan tidak semua yang indah harus berguna. ada tiga hal yang harus kita bedakan satu dari yang lain, walaupun ketiga hal sering saling melekat, yakni
yang berguna
yang enak
yang indah.
yang berguna dapat enak ataupun indah, tetapi tidak selau. dan sebaliknya.
oleh karena itu bangunan alam merupakan banguna yang sangat spesial di negara manapun, karena benguna tersebut menggambarkan kebudayaan atau ciri khas dari suatu daerah. 

Senin, 04 Januari 2010

TEKNOLOGI BAHAN - Precast Hollow-Core Slab

Penggunaan produk precast concrete sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah akan berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk precast untuk lantai adalah adalah precast hollow core slab.
Sistem precast hollow core slab menggunakan sistem pre-tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitasnya dukungngya lebih besar.
Keberadaan lobang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada bangunan tinggi karena mengurangi bobotnya lantai. Bayangkan saja, untuk solid slab, tebal 120 mm saja maka beratnya adalah sekitar 288 kg/m2 hampir sama dengan berat beban hidup rencana untuk kantor yaitu 300 kg/m2. Padahal kontribusi kekuatan pelat hanya untuk mendukung pembebanan tetap saja (DL + LL). Bahkan karena beratnya tersebut akan menjadi penyumbang utama besarnya gaya gempa. Jadi jika berat lantai berkurang maka beban gempa rencananya juga kurang.
Dengan demikian penggunaan lantai precast yang ringan juga mengurangi resiko bahaya gempa.


TEKNOLOGI BAHAN - PRECAST WALL

Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk precast concrete yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu penampakan luar (keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang berorientasi maju pasti akan memikirkan alternatif pemakaian produk precast untuk bangunan rancangannya.
Bagaimana tidak, dengan digunakannya precast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk komponen-komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama.
Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya.















.