Selasa, 31 Mei 2011

Soccer City Stadium, Johanesburg, South Africa

Tentunya masih terbayang akan peristiwa setahun lalu, perhelatan sepak bola terbesar di dunia, Piala Dunia yang digelar di kota safari, Afrika Selatan.



Negara Nelson Mandela ini pun dinilai berhasil dalam menyelenggarakan event empat tahunan ini, dari infratstruktur hingga olahraga, seperti stadion. Terdapat 10 stadion megah yang dijadikan tempat pertandingan hingga final piala dunia. Banyak stadion megah berada di Afrika Selatan, salah satunya adalah Soccer City Stadium yang berada di kota Johannesburg. Stadion ini juga pada akhirnya menjadi stadion laga final piala dunia antara spanyol melawan belanda (tim favoritku).

Arsitektural:
Stadion ini merupakan stadion internasional pertama yang didirikan di Afrika Selatan dan diberi nama FNB dengan kapasitas 80.000 orang. Saat akan menggelar perhelatan piala dunia, stadion milik Federasi Sepak Bola Afrika Selatan ini dipugar total hingga bertambah kapasitas menjadi 94.700 orang.
Awalnya stadion ini dibangun pada tahun 1986 - 1989. Pemugaran stadion ini dipimpin oleh arsitek Schlaich Bergermann.







Keunikannya yaitu jelas terlihat pada malam hari. Stadion ini akan menyala seperti kerlap-kerlip bintang.
Stadion megah ini ternyata menolak mengambil bentuk modern, namun sebaliknya ke dasar tradisi dan budaya asli setempat.



Bangunan ini mengambil bentuk pot tembikar Afrika (calabash)yang memang berbentuk labu. Bagian luar "pot" raksasa ini dilapisi dengan desain mosaik yang menggambarkan warna api dan bumi dengan sebuah cincin di sekeliling bagian bawah yang menggambarkan api sedang membakar pot tersebut. Suasana akan semakin dramatis ketika lapisan dinding mosaik itu disapu cahay-cahaya lampu sorot.


(sumber lain: wisatamelayu.com)

Mesjid Tua Wapauwe, Kaitetu - Ambon

Wapauwe berasal dari kata 'wapa' yang artinya 'di bawah' dan 'uwe' yang merupakan nama 'pohon mangga'. Pada awalnya mesjid ini memang didirikan dibawah sebuah pohon mangga. Mesjid tua wapauwe berdiri pada tahun 1414 di Wawane, dan sangat terkait erat dengan perkembangan islam di jazirah Hitu. Meskipun sudah berusia berabad-abad, namun mesjid ini masih digunakan sebagai tempat beribadah oleh masyarakat setempat.






Arsitektural Mesjid:
Seluruh bahan bangunan mesjid ini adalah dari batang pohon sagu dan dikonstruksi tanpa menggunakan paku. Sagu merupakan bahan pokok utama di Maluku selain beras (nasi).
Atap yang digunakan adalah atap rumbia (daun sagu) yang masih dipertahankan hingga saat ini.



Selain itu struktur kolom-kolom kayu pada mesjid ini masih sangat kokoh dan tidak terlihat lapuk pada kayu-kayu tersebut.
Karan perawatan yang baik, di dalam mesjid ini masih terdapat benda-benda bersejarah semenjak pertama kali dibangun seperti bedug, Al-Quran tulisan tangan, timbangan beras fitrah dan anak timbangan berupa batu yang beratnya 2,5 kg, dan sebuah logam berukir relief arab pada dinding mesjid. Seluruh benda peninggalan ini masih bisa difungsikan dengan baik terutama bedug.













Tambahan baru pada dalam ruangan mesjid ini adalah tempat wudhu, karpet, kipas angin, dan aliran listrik untuk penerangan
Diharapkan bangunan mesjid ini tetap dirawat dan dilestarikan untuk generasi muslim di Maluku. Perannya sebagai mesjid tertua dapat menjadi teladan bagi umat Muslim di kota Ambon. Kekokohan bangunannya pun tetap dijaga, karena bentuk bangunan dari mesjid ini sangat mencirikan bentuk bangunan mesjid asli Maluku. Begitupula dengan material konstruksinya yang menggunakan material sederhana dan asli Maluku, seperti berkonstruksi batang pohon sagu dan beratap rumbia (daun sagu yang dikeringkan).


(sumber lain: wisatamelayu.com)

Benteng Victoria di Ambon, Maluku

Pada masa penjajahan dulu, kota Ambon merupakan salah satu kota yang juga memberikan peranan besar melalui pahlawan-pahlawan daerah. Selain itu Belanda dan Portugis juga menduduki kepulauan Maluku cukup lama. Hal ini dapat dilihat dengan terdapat beberapa benteng bekas peninggalan penjajahan Belanda maupun Portugis. Salah satunya adalah Benteng Victoria yang berada di dalam kota Ambon.
Benteng Victoria adalah tempat bersejarah yang terletak di pusat kota Ambon. Benteng tertua di kota Ambon ini dibangun oleh Portugis pada tahun 1775, kemudian diambil alih oleh Belanda pada saat Belanda menduduki kota Ambon. Belanda kemudian mengambil alih benteng ini sebagai pusat pemerintahan di kota Ambon.
Benteng ini dijadikan pusat pemerintahan karena berada strategis, yaitu dekat dengan pelabuhan yang digunakan sebagai jalur perhubungan antar pulau. Melalui pelabuhan ini pula, kapal-kapal Belanda mengangkut rempah-rempah dari bumi Maluku untuk diperdagangkan ke negara-negara lain di benua Eropa. Benteng ini juga digunakan sebagai pertahanan untuk menghadapi perlawanan menghadapi masyarakat pribumi. Tepat di depan benteng ini, pahlawan nasional yang berdarah Maluku, Thomas Matulessy atau lebih dikenal sebagai Pattimura, digantung mati pada tanggal 6 Desember 1817.

Arsitektural Benteng:
Didalam benteng ditemui sisa-sisa meriam berukuran raksasa. Di dalam bangunannya, terdapat beberapa kamar. Di dalam beberapa kamar terdapat patung berukir yang terbuatd ari kayu, peta perkembangan kota Ambon dari abad XVII hingga abad IX.
Selain itu, terdapat pula beberapa lukisan pada jaman penjajahan Belanda di Maluku.
Selain itu pula terdapat gerbang besar yang terbuat dari beton kokoh pada sisi depan benteng atau yang disebut Boulevard Victoria yang berhadapat langsung dengan bibir pantai Honipopu. Namun kekokohan benteng ini tidak dirawat dengan baik oleh pemerintah setempat sehingga terlihat tidak terawat dimakan usia.







Kini lokasi benteng ini dijadikan sebagai kompleks kesatuan TNI setempat, namun identitas dari benteng ini berusaha dipertahankan.



Banyak identitas arsitektural kolonial yang bisa ditemui di benteng ini dari kokohnya bangunan-bangunan dan gerbang, namun terlihat sangat tidak terawat. Sehingga kesan arsitektural semakin terkikis dan perlahan menghilang.



(sumber lain: wisatamelayu.com)

Kepadatan Jalan Raya Margonda



Jalan Margonda merupakan akses jalan utama Jakarta – Depok maupun Bogor – Depok, oleh karena ini jalan ini setiap hari selalu ramai oleh kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua. Semakin parahnya Kemacetan yang terjadi akhir-akhir ini di jalan Margonda Raya, semakin diperparah dengan kurangnya fasilitas penyeberangan untuk masyarakat.




Padatnya kendaraan yang melintas sangat menyulitkan masyarkat untuk melintas. Sepanjang jalan Margonda, terlihat hanya 2 buah jembatan penyeberangan, yaitu tepat di depan Margo City dan Depok Town Square, dan depan Plaza Depok. Hal ini sangat tidak menguntungkan masyarakat karena ruas jalan yang cukup panjang ini hanya tersedia dua buah fasilitas jembatan penyeberangan. Fasilitas zebra cross yang berada pada titik-titik tertentu juga terasa sangat tidak efektif, mengingat laju kendaraan yang padat dan kencang.



Pemerintah sebaiknya tanggap dan cepat dalam menangani masalah perkotaan ini, dengan menambahkan jumlah fasilitas jembatan penyebrangan, sehingga memudahkan masyarakat Depok. Karena jika dibiarkan lebih lanjut lagi maka yang menjadi korban adalah pedestrian/para pejalan kaki.

Inspirasi Pagar

Semakin banyak tipe pagar yang ditawarkan, berikut ini adalah beberapa jenis inspirasi pagar:

1. Minimalis



Tren minimalis pada pagar rumah dapat dicapai dengan penggunaan material yang cenderung berkarakter dinginm simple, dan rungan namun kokoh. Penggunaan aplikasi material batu alam juga dapat dipakai namun dalam susunan geometris sederhana. Penggunan elemen metal yang diberi cat warna terang juga dapat menambah eksotisme dalam kemasan modern.

2. Mediterania



Pemakaian pot-pot dan dudukannya yang terbuat dari batu alam berwarna muda selaras dengan hunian yang juga berwarna senada. Pemakaian tanaman pakis sikas sebagai finishing membuat tampilan rumah semakin segar dan berkelas.

3. Tropis





Pagar tropis dengan kekuatan material, bentuk, dan warna yang dikembangkan dalam kondisi iklim di Indonesia menimbulkan ketertarikan visual alami. Batu palimanan dan tanaman-tanaman segar dapat menciptakan suasana tropis.

4. Naturalis



Pemakaian finishing dengan batu gelondongan dan kulit kayu menciptakan suasana alami pada rumah Anda. Tambahan tanaman euforbia yang berwarna-warni akan menghasilkan keceriaan pada rumah.

(sumber: Insiprasi Pagar, seri: Desain Ramah Lingkungan, penerbit: Pustaka Grhatama)

Tangga Bambu Multifungsi

Kini untuk memepercantik interior rumah tidak diperlukan biaya yang mahal untuk membeli furniture-furniture yang mahal dan branded. Banyak elemen-elemen sederhana yang bias dijadikan sebagai furniture interior rumah. Yang terpenting bagaimana kejelian sang penghuni rumah dalam menata rumahnya sendiri. Benda-benda tua yang digunakan juga dapat member kesan tersendiri dalam penciptaan kesan ruangan. Selain benda-benda tua maupun etnik yang memiliki karakter tersendiri, juga dapat ditambahkan dengan unsur-unsur dari alam untuk mempercantik suatu rumah. Seperti elemen kayu dan elemen bambu. Kedua elemen ini sudah banyak dijumpai terutama elemen kayu. Bambu dan kayu dapat digunakan sebagai dinding, plafon, lantai, dan furniture-furniture lainnya. Bambu sendiri tidak se'populer' kayu. Namun belakangan ini bambu menjadi tren tersendiri.



Salah satu peranan bambu dalam mempercantik interior suatu ruangan adalah hanya dengan menambahkan elemen tangga bambu. Tangga bambu ini ternyata dapat digunakan secara multifungsi dan berfungsi sekaligus di beberapa ruangan yang berbeda. Kehadiran tangga bambu ini memberikan kesan natural yang hadir di dalam ruangan.
Pada ruang tamu, maupun ruang keluarga atau ruang kerja, tangga bambu ini dapat disulap sebagai tempat untuk menggantung surat kabar (Koran).
Selain itu tangga bambu ini juga dapat diletakkan di kamar maupun diluar kamar sebagai penggantung kain syal, atau kain-kain etnik lainnya sebagai penghias interior.
Sedangkan pada kamar mandi, tangga bambu ini dapat berfungsi sebagai penggantung handuk.



Kehadiran tangga bambu ini ingin memberikan makna bahwa untuk mempercantik ruangan tidak membutuhkan furniture yang mahal. Namun suatu furniture sederhana pun dapat menjadi sesuatu yang cantik dan memiliki fungsi pada interior dalam sebuah rumah.

Minggu, 01 Mei 2011

Cagar Budaya (Golongan A, B, dan C)

Berdasarkan kriteria dan tolok ukur sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Cagar Budaya maka bangunan cagar budaya dibagi dalam beberapa golongan, yaitu bangunan cagar budaya Golongan A, Golongan B, Golongan C.

1. Bangunan cagar budaya Golongan A adalah bangunan cagar budaya yang harus dipertahankan dengan cara preservasi.

2. Bangunan cagar budaya Golongan B adalah bangunan cagar budaya yang dapat dilakukan pemugaran dengan cara restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi.

3. Bangunan cagar budaya Golongan C adalah bangunan cagar budaya yang dapat dilakukan pemugaran dengan cara revitalisasi/adaptasi.


BANGUNAN CAGAR BUDAYA GOLONGAN A
Nama Bangunan: Benteng Duurstede, Hila - Ambon



Benteng Duurstede dibangun pertama kali oleh Portugis pada tahun 1676, kemudian direbut, dimanfaatkan dan dibangun kembali oleh Gubernur Maluku Mr. N. Schaghen pada tahun 1691. Benteng Duurstede berfungsi sebagai bangunan pertahanan serta pusat pemerintahan VOC selama menguasai wilayah Saparua. Pada 16 Mei 1817 benteng ini diserbu oleh rakyat Saparua dibawah pimpinan Kapitan Pattimura, seluruh penghuni benteng tewas kecuali putra Residen yang bernama Juan Van Den Berg. Jatuhnya benteng Duurstede ditangan rakyat Maluku mengakibatkan kedudukan VOC di Ambon dan Batavia goncang. Oleh karena itu, VOC memusatkan perhatiannya untuk merebut kembali benteng. Segala usaha telah dilakukan VOC diantarannya adalah mengirim bantuan tentara dan persenjataan perang, namun demikian setiap penyerangan tersebut selalu gagal. Situasi ini mendorong VOC bertindak lebih agresif, Gubernur van Middelkoop terpaksa meminta bantuan kepada Raja Ternate dan Tidore. Pada bulan November 1817, VOC mengirimkan armada yang berjumlah 1500 orang atas sumbangan dari Raja Ternate dan Tidore tentunya. Penyerbuan ini dipimpin oleh Komisari Jendral A. A Buyskers. Strategi yang dilakukan oleh Buyskers adalah menguasai pulau-pulau di sekitar Saparua, dan selanjutnya menguasai daerah kekuasaan Pattimura. Strategi tersebut ternyata cukup berhasil, Pattimura beserta pasukannya terdesak ke hutan sagu dan pegunungan, hingga akhirnya Kapitan Pattimura beserta tiga orang panglima berhasil ditangkap. Mereka dijatuhi hukuman mati yang dilaksanakan di benteng Nieuw Victoria.
Benteng ini masih tetap dipertahankan bentuk aslinya tanpa merubah bentuknya. Hal ini dikarenakan pemerintah dan warga setempat juga ingin mempertahankan peninggalan sejarah Portugis terebut. Selain Benteng, disekitar Benteng juga terdapat Gereja dan Mesjid tertua di Ambon yang tetap dipertahankan. Benteng ini telah berada selama berabad-abad, namun identitasnya tetap terjaga. Sebagai salah satu symbol Maluku Tengah yang melambangkan perjuangan Pattimura terhadap Maluku. Kekokohan benteng ini pun sangat kuat, karena meskipun sudah beratus tahun, namun Benteng ini tetap kokoh dan menjadi salah satu kawasan wisata di kota Ambon. Kawasan Benteng yang menyimpan sejarah serta lokasi Bentang yang berada di tepi pantai menjadi daya tarik wisatawan.
Pemerintah dan warga setempat tidak ingin melakukan renovasi ataupun merubah identitas Benteng ini karena bagi mereka, Benteng ini adalah symbol kejayaan Maluku pada masa penjajahan.

Sumber lain:
http://www.bentengindonesia.org/sejarah.php?id=6


CAGAR BUDAYA GOLONGAN B
Nama Bangunan: Café Batavia, Jakarta



Bangunannya didirikan antara tahun 1805 dan 1850; merupakan bangunan kedua di daerah Taman Fatahillah ini setelah Town Hall (sekarang Museum Sejarah Jakarta).
Pada awalnya pemilik bangunan ini adalah orang pemerintahan pada saat itu. Kantor pemerintahan berada tepat di depannya, yang sekarang dijadikan Museum Fatahillah. Sebelum Cafe Batavia berdiri, bangunan tiga lantai ini hanya berisi kamar-kamar dan beberapa ruangan dengan beragam fungsi. Bangunan tersebut pernah dijadikan gudang, kantor, coffee shop, juga art gallery. Pada 1993, bangunan ini dibeli oleh seorang warga negara Australia bernama Graham James, yang saat ini menetap di Pulau Bali. Diskotik atau night club di lantai 1 dan fine dining di lantai 2 menjadi awal dimulainya "kehidupan baru" di tempat ini. Tentu saja, setelah bangunan mengalami sedikit renovasi. Baru pada sekitar tahun 1997, pemilik bangunan menjadikan tempat ini sebagai kafe. Krisis moneter menjadi salah satu alasannya.
Hampir semua ruangan yang terdapat di Cafe Batavia masih menggunakan perlengkapan peninggalan pemiliknya di masa silam. Rata-rata perabot dan furniturnya terbuat dari kayu jati Jawa yang diproduksi pada akhir abad ke-19. Semua yang ada di berada di dalam cafe masih asli,di antaranya kursi, meja, dan kayu-kayu yang terdapat di lantai ini. Juga plafon, dinding, dan lampu-lampu yang dipajang di sini, semua model lama. Konsep bangunan Belanda terlihat dari lampu-lampu yang menghiasi pintu-pintu depan kafe. Hanya ada sedikit perabot yang diganti, dan itu pun yang sudah benar- benar rusak.
Meskipun berubah fungsi, namun bentuk fasad, kolom, atap, bahkan furniture di dalam bangunan masih bias dipertahankan untuk tetap mempertahankan identitasnya sebagai bangunan yang memiliki nilai historis.

Sumber lain:
http://lifestyle.okezone.com/read/2008/09/14/30/145810/search.html


CAGAR BUDAYA GOLONGAN C
Nama Bangunan: Museum Le Louvre, Paris



Pada 1874, Istana Louvre telah mencapai bentuk yang sekarang sebuah persegi panjang struktur hampir dengan Sully Wing ke timur berisi Carrée persegi Cour dan bagian tertua dari Louvre, dan dua sayap yang membungkus Cour Napoleon, yang Richelieu Wing ke utara dan Sayap Denon, yang berbatasan dengan Sungai Seine ke selatan. Pada tahun 1983, Presiden Prancis François Mitterrand mengusulkan Le Louvre rencana untuk merenovasi gedung dan memindahkan Departemen Keuangan, yang memungkinkan menampilkan seluruh gedung.
Arsitek I.M. Pei dianugerahi proyek dan mengusulkan kaca piramida untuk berdiri di atas pintu masuk baru di pengadilan utama, Cour Napoleon. Piramida dan lobi bawah tanah perusahaan telah diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1988. Tahap kedua dari rencana Grand Louvre, La Pyramide Inversée ( Piramida terbalik ), diselesaikan pada tahun 1993. Pada 2002, dua kali sudah direnovasi sejak penyelesaian.
Pyramida utama ini adalah pintu masuk utama ke Museum. Sang arsitek menawarkan konsep yang sederhana yaitu sebuah piramida namun konsep ini sangat terasa di lingkungan sekitar museum. Sang arsitek berhasil menyatukan bentuk bangunan istana Louvre dengan kemegahan piramida Museum.
Kini museum ini menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal di Paris.

Sumber lain:

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/02/10/sebuah-masterpiece-museum-le-louvre-paris/

Sejarah, Potensi dan Sistem Permukiman Perkotaan KOTA DUMAI

SEJARAH KOTA


Tercatat dalam sejarah, Dumai, sebuah dusun kecil di pesisir timur Propinsi Riau, kini mulai menggeliat menjadi mutiara di pantai timur Sumatera. Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dumai dikukuhkan menjadi Kota Dumai dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dimana status Dumai sebelumnya adalah Kota Administratif.
Pada awal pembentukannya, Kota Dumai hanya terdiri atas 3 kecamatan, 13 kelurahan dan 9 desa dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kepadatan 83,85 jiwa/km2.



KOTA DUMAI TEMPO DULU



Tercatat dalam sejarah bahawa Dumai dulunya hanyalah sebuah dusun kecil di pesisir timur Propinsi Riau. Saat ini Dumai mulai menggeliat menjadi mutiara di pantai timur Sumatera. Mendengar Kota Dumai bagi masyarakat Riau sendiri juga tidak lepas dari sebuah legenda Ratu Cik Sima dan Putri Tujuh yang masih dapat kita lihat makamnya di kota kedua terbesar di Riau dengan penduduk 200 ribu jiwa ini. Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dumai disahkan menjadi Kota Dumai berdasarkan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dimana status Dumai sebelumnya adalah Kota Administratif.

KOTA DUMAI MASA KINI
Kota Dumai memiliki luas 1.727,385 km². Jika pada masa dahulu Dumai adalah bagian pesisir yang dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, kini Dumai telah berubah menjadi kota maju dan menduduki peringkat sebagai kota terluas nomor dua di Indonesia setelah Manokwari (Papua Barat).
Kota Dumai dengan jumlah penduduk sebanyak 230.191 jiwa merupakan salah satu kota pelabuhan paling strategis di Provinsi Riau. Sebagai pintu gerbang di pantai timur Sumatera, pelabuhan Dumai berperan penting dalam melayani aktifitas ekspor impor barang dan penumpang domestik maupun manca negara seperti Malaka Malaysia. Pelabuhan ini terdiri dari 9 unit, empat diantaranya dikelola oleh perusahaan minyak "Chevron" dan 5 unit dikelola oleh Pemerintah. Saat ini aktifitas ekspor impor menghasilkan uang sebanyak US$. 5.770,13 juta per tahun.


Saat ini sebuah kota yang berkembang pesat, Dumai telah dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang baik seperti sarana transportasi (Jalan Raya, Pelabuhan dan Bandar Udara), Listrik, Perbankan, Layanan Telekomunikasi Canggih (termasuk Telepon Selular dan Jaringan Internet).
Dalam rangka meningkatkan fasilitas dan pelayanan terhadap pelaku bisnis dan masyarakat umum, pemerintah Kota Dumai telah mendirikan Kantor Pelayanan Terpadu dibawah koordinasi Kantor Penanaman Modal Kota Dumai dengan tujuan penghematan biaya, waktu dan prosedur pelayanan perizinan. Kantor ini berfungsi mempermudah dan mempercepat urusan perizinan.


Kota Dumai
Tata rencana kawasan perkotaan Dumai pun semakin dibenah menurut pemerintah setempat. Kota Dumai termasuk kota pemekaran yang berkembang sangat pesat.
Kini dumai semakin membenahi struktur dan infrasturuktur daerahnya menjadi semakin lebih baik dan maju, hal ini dilihat dari potensi-potensi yang semakin dikembangkan antara lain :


INDUSTRI
Sejak jaman dulu Dumai dikenal sebagai daerah pemasok minyak Mengingat posisi Dumai yang strategis, dimana sebagai kota pelabuhan dan kilang minyak yang banyak disinggahi kapal-kapal / pelayaran internasional selat Melaka, juga mengingat kualitas Dumai sebagai Merupakan kawasan UNIT PENGOLAHAN II (UP II) PT. PERTAMINA untuk mengekspor minyak bumi dan hasil alam lainnya seperti sawit. Maka pemerintahpun tidak lupa untuk merebut peluang dan menjadikan Dumai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.


Dumai juga dikenal sebagai kota minyak. Tiga industri yang turut serta memajukan Dumai secara tidak langsung adalah PT. CPI (Chevron Pacific Indonesia) yang bergerak mayoritas dalam bidang pertambangan dan ekspor minyak dan gas bumi, kemudian PT. Pertamina yang bergerak dalam bidang pengolahan dan pendistribusian minyak dan gas bumi dalam negeri, serta disusul oleh industri pengolahan minyak sawit (CPO) PT. BKR (Bukit Kapur Reksa).
Selain Industri Skala besar seperti di atas, terdapat juga beberapa industri kecil atau home Industri. Pengolahan hasil pertanian seperti Kelapa dijadikan VCO minyak kelapa murni. Kota Dumai dalam memainkan peranannya ke depan, telah memiliki lima kawasan Industri yang strategis yaitu Kawasan Industri Dumai (KID) di Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock Yard, Kawasan Industi Bukit Kapur dan Kawasan Industri di Bukit Timah.


Di sektor perdagangan, Dumai memainkan peranan penting sebagai pintu gerbang aktifitas ekspor-impor di Provinsi Riau. Tercatat bahwa nilai ekspor dari Pelabuhan Dumai berjumlah US$. 884.239.454 juta dan nilai impor sebanyak US$. 56.496.458 juta. Angka tersebut menyatakan bahwa lebih dari separuh nilai ekspor-impor masuk melalui Pelabuhan Dumai.


PERTANIAN
Kota Dumai menyimpan potensi yang bagus di sektor pertanian. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), kota ini memiliki 3595 Ha lahan tanaman pangan dan 624 Ha lahan sayur-sayuran, dan 21.933 Ha untuk perkebunan Sawit, Karet, Kelapa dan Kopi.
Produksi komoditi lainnya adalah tanaman pangan berupa Padi Sawah, Padi Lahan Kering, Jagung, Ubi Kayu, Kentang, Kacang Kedelai dan Kacang Hijau, sayur-sayuran terdiri dari Cabe, Mentimun, Kangkung, Terong, Kacang Panjang dan Bayam, sementara buah-buahan terdiri dari Pisang, Durian, Mangga, Jeruk, Rambutan, Pepaya, Nenas dan Jambu;


Perkebunan Kelapa Sawit di Dumai
Lahan pertanian di Kota Dumai masih sangat Luas namun belum termanfaatkan secara Maksimal. Empat kecamatan di Kota Dumai yaitu Kecamatan Sungai Sembilan, Medang Kampai, Bukit kapur dan Dumai Barat merupakan wilayah yang memiliki sumber daya lahan yang potensial untuk pengembangan agrobisnis dan agroindustri dengan rekayasa teknologi tepat guna byocyclo farming seperti padi, palawija, sayuran Sumatera, pisang, nenas, durian, mangga, rambutan, sawit, aneka ternak (sapi, kambing, itik dan ayam) serta budidaya tambak ikan air tawar (patin, ikan mas, gurami serta ikan hias).


TRANSPORTASI
1. Darat.
Kota Dumai yang berjarak 250 km dari Kota Pekanbaru didukung oleh transporasi darat yang memadai. Infrastruktur jalan di daerah ini sudah mencapai ke berbagai daerah dengan total panjang mencapai 944.624 km. Dimana Dumai terletak di jalur Timur Trans Sumatera yang memainkan peran sebagai penghubung untuk daerah Riau Daratan, termasuk untuk Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

2. Laut.
Sebagai pintu gerbang daerah Timur Sumatera, Pelabuhan Dumai tidak hanya melayani tujuan domestic untuk tujuan Bengkalis, Selatpanjang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, dan Batam. Akan tetapi juga ke Nagara Malaysia, melalui Pelabuhan Melaka, Kelang, dan Porkdicson.
Selain pelabuhan umum yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia I (Pelindo) Dumai, Dumai juga memiliki pelabuhan khusus PT Cevroen Pasific Indonesia (PT CPI), PT Pertamina, dan Pelabuhan Khusus PT Kawasan Industri Dumai (PT. KID).

3. Udara.
Kota Dumai memiliki Bandar Udara (Bandara) Pinang Kampai, yang saat ini sedang ditingkatkan dari bandara khusus menjadi bandara umum. Bandara yang memiliki panjang lintasan 1800 m dan lebar 30 m ini dapat menampung pesawat dari Fokker 28, Fokker 50, dan Fokker 100.


PELABUHAN
Dumai memiliki Pelabuhan Udara Pinang Kampai yang terletak berdekatan dengan Komplek Perumahan PT. CPI.


Disamping akses udara, Kota Dumai memiliki keunggulan sebagai salah satu Kota di Provinsi Riau yang berpeluang untuk memanfaatkan potensi pengembangan pelabuhan laut; dimana Dumai berada pada posisi lintas perdagangan internasional Selat Melaka; yang dikelola oleh PELINDO dan beberapa pelabuhan rakyat. Pelabuhan di Dumai telah dibangun sebagai pelabuhan penghubung untuk kegiatan ekspor impor, begitu juga para penumpang yang ingin menuju ke Malaka – Malaysia. Pelabuhan Dumai terdiri dari 9 unit, 4 unit dimilki Chevron, dan 5 unit milik pemerintah. Sepanjang daerah pantai Dumai terdapat beberapa pabrik minyak dan pengolahan minyak dengan kapasitas 170.000 barrel per hari dan dapat menampung 850.000 barrel minyak per hari. Dumai juga disebut sebagai gerbang ekspor minyak Indonesia. Pada saat ini aktivitas ekspor gas sejumlah USD 426.123 juta per tahun.
Dumai telah memiliki Sembilan unit pelabuhan bertaraf international, lima unit dikelola ole PT Pelabuhan Indonesia I (PT Pelindo I) yang mampu disandari oleh dua kapal jenis tanker berukuran 150 meter sampai 180 meter. Empat unit pelabuhan lainnya dikelola oleh perusahaan eksplorasi minyak bumi yakni PT.Chevron Pacific Indonesia yang mampu disandari tiga kapal jenis tanker sekaligus. Pelabuhan Dumai memiliki sejumlah fasilitas dalam skala besar seperti kolam-kolam dan perairan pelabuhan, pemandu, penundaan, pelayanan barang, pengusahaan, dan persewaan alat,dan lain-lain. Selain itu pelabuhan Dumai memiliki alur pelayaran sepanjang 55 mil (88 kilometer) terdiri atas 22 mil (35,2 kilometer) melalui selat bengkalis dan 33 mil (55,8 kilimeter melalui selat Rupat. Lebar maksimumnya mencapai 255 meter dan maksimum 1,7 kilometer dengan kedalaman rata-rata 16 meter. Kondisi yang alami sangat ideal untuk dikunjungi oleha kapal samudra antar pulau dengan ukuran maksimum 255 meter. Pelabuhan Dumai yang luasnya 785.161 meter persegi menjadikan pelabuhan Dumai memili fasilitas yang memadai seperti dermaga, perkantoran, gudang, lapangan penumpukan, terminal penumpang, dan lain-lain. Sedangkan untuk komoditi yang dominan melewati pelabuhan Dumai adalah CPO dan turunannya sera komoditi curah kering yaitu palm kernel ekspeller (PKE) dan palm kernel shell (PKS) pupuk dan minyak.


RENCANA TATA RUANG BANGUNAN dan LINGKUNGAN DUMAI
RTBL adalah rencana teknik dan program tata bangunan serta pedoman pengendalian pembangunan, sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang yang diberlakukan secara khusus pada bangunan atau kelompok bangunan pada suatu lingkungan/kawasan.
Strategi untuk menentukan RTBL di kawasan ini ditentukan oleh kondisi awal site dan hasil analisis eksisting pada pengembangan kawasan. Tingkat permasalahan di setiap area kawasan yang berbeda, harus ditindaklanjuti dengan penanganan dengan klasifikasi dan nilai prioritas yang berbeda pula. Konsep desain Pelabuhan Dumai ini adalah mewujudkan kawasan pesisir Dumai menjadi kawasan yang tanpa meninggalkan identitas lokal dan produktivitas lingkungan daerah tersebut serta mengedpankan aspek pelestarian lingkungan. Perencanaan dengan perbaikan struktur ruang kota, sistem transportasi kota, infrastruktur kota, alokasi ruang kawasan, sistem sirkulasi kawasan, dan penataan intensitas bangunan.
Kunci bagi terciptanya lingkungan Kota Dumai yang efisien dalam pola pelayanan infrastruktur, lingkungan yang profitable bagi investasi dan layak huni bagi pemiliknya adalah sinergi kepentingan pemerintah, swasta, dan masyarakatnya. Komponen pusat kota yang dikembangkan di kawasan Kota Dumai meliputi kawasan komersial, ekonomi dan industri


Sistem Permukiman Perkotaan
Sesuai dengan Perda Kota Dumai Nomor 11 Tahun 2002 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DUMAI, maka pada pasal 9 mengenai Sistem Permukiman Perkotaan, terbagi atas:
1. Kawasan Permukiman penduduk yang disediakan untuk pemanfaatan ruang terdiri dari:
a. Permukiman terencana yang berlokasi di Kecamatan Dumai Barat dan Kecamatan Bukit kapur berfungsi sebagai daerah tempat tinggal yang khusus dibangun oleh pihak ketiga;
b. Permukiman campuran yang berlokasi di Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Dumai Barat berfungsi sebagai daerah pusat perekonomian dan tempat tinggal;
c. Permukiman biasa yang berlokasi diseluruh Kecamatan Kota Dumai sebagai daerah tempat tinggal tanpa melihat faktor ekonomi;
d. Permukiman Dumai Baru (Kota Baru dalam Kota) seluas lebih kurang 12.760 ha di Kecamatan Bukit Kapur;
e. Permukiman pertanian yang berlokasi di Kecamatan Dumai Barat, Kecamatan Bukit Kapur dan Kecamatan Sungai Sembilan berfungsi sebagai daerah tempat tinggal yang khusus dibangun untuk meningkatkan perekonomian masyarakat petani;
Kecamatan Dumai Barat dan Kecamatan Bukit Kapur dialokasikan sebagai kawasan pemukiman yang dibangun oleh pihak ketiga (pihak swasta). Selain itu kecamatan Dumai Timur dan Dumai Barat ditekankan sebagai sentra ekonomi daerah dengan penempatan zona-zona komersil di kawasan tersebut. Selain sebagai pusat perekonomian, kawasan ini juga difungsikan sebagai kawasan tempat tinggal atau pemukiman. Sedangkan pemukiman biasa terletak di kecamatan Kota Dumai, tanpa memetakan zona ekonomi pada kawasan tersbut, sehingga kecamatan Kota Dumai merupakan area pemukiman penduduk. Kecamatan Dumai Barat, Bukit Kapur, dan Sungai Sembilan dialokasikan sebagai kawasan pertanian/perkebunan sekaligus pemukiman bagi para petani.

2. Kawasan pemerintahan yang disediakan untuk pemanfaatan ruang terletak di Kecamatan Bukit Kapur dan Kecamatan Dumai Timur;
Seluruh kawasan pemerintahan dipusatkan pada kecamatan Bukit Kapur dan kecamatan Dumai Timur.

3. Kawasan perdagangan dan jasa yang disediakan untuk pemanfaatan ruang terdiri dari:
a. Kawasan Pelabuhan samudera indonesia di kelurahan Dumai Kota, Buluh Kasap, dan Laksamana seluas lebih kurang 79 Ha;
b. Kawasan Pengembangan Pelabuhan di kelurahan Tanjug Palas dan kelurahan Mundam seluas lebih kurang 231 Ha;
c. Kawasan Perdagangan di kelurahan Simpang Tetap, Rimba Sekampung, Pangkalan Sesai, Guntung, Teluk Makmur, Bagan Besar, dan seluas lebih kurang 1.735 Ha.
Dumai yang berada di bagian pesisir Riau ini memiliki potensi pada bidang kelautan. Oleh karena itu kawasan perdagangan dipusatkan pada pelabuhan-pelabuhan yang ada di Dumai.
Sesuai dengan perkembangan Dumai dewasa ini maka Dumai memiliki tiga kawasan industry yang luas dimana dua kawasan inidustri yang luas yang terletak di bibir pantai Dumai yang memiliki kemampuan sandar kapal tanker besar ini dikarena kedalaman 16 m membuat pelabuhan menjadi pelabuhan standard international.

4. Kawasan industri yang disediakan untuk pemanfaatan ruang terdiri dari :
a. Kawasan industri Lubuk Gaung di kelurahan Tanjung Penyembal seluas lebih kurang 1.475 Ha;
b. Kawasan pengembangan terpadu Dock Yard di kelurahan Pangkalan sesai seluas lebih kurang 300.
Dua kawasan industry yang terletak di bibir pantai yakni kawasan industry pelintung dan kawasan industry lubuk gaung. Dumai dalam memainkan peranannya ke depan, telah memiliki lima kawasan Industri yang strategis yaitu Kawasan Industri Dumai (KID) di Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock Yard, Kawasan Industi Bukit Kapur dan Kawasan Industri di Bukit Timah.
Salah satu kawasan inidustri ini telah menjadi kawasan industri yang paling pesat kemajuannya di Propinsi Riau yakni kawasan industri Pelintung. Di kawasan industri ini telah dibangun satu dermaga ekspor dengan kapasitas tiga kapal tanker sekali sandar. Telah dibangun juga pabrik pupuk NPK dan telah berproduksi, yang diyakini menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia Tenggara.


Sumber lain:
http://www.dumaikota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=135&Itemid=108
http://unirab.multiply.com/photos/album/23/Dumai_Tempo_Dulu
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=540748&page=5
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Dumai
http://logicprobe10.wordpress.com/kota-kelahiranku/
http://www.mediaindonesia.com/read/2009/07/11/84762/126/101/Kota-Dumai-Siaga-I-Kabut-Asap

.