Minggu, 01 Mei 2011

Cagar Budaya (Golongan A, B, dan C)

Berdasarkan kriteria dan tolok ukur sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Cagar Budaya maka bangunan cagar budaya dibagi dalam beberapa golongan, yaitu bangunan cagar budaya Golongan A, Golongan B, Golongan C.

1. Bangunan cagar budaya Golongan A adalah bangunan cagar budaya yang harus dipertahankan dengan cara preservasi.

2. Bangunan cagar budaya Golongan B adalah bangunan cagar budaya yang dapat dilakukan pemugaran dengan cara restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi.

3. Bangunan cagar budaya Golongan C adalah bangunan cagar budaya yang dapat dilakukan pemugaran dengan cara revitalisasi/adaptasi.


BANGUNAN CAGAR BUDAYA GOLONGAN A
Nama Bangunan: Benteng Duurstede, Hila - Ambon



Benteng Duurstede dibangun pertama kali oleh Portugis pada tahun 1676, kemudian direbut, dimanfaatkan dan dibangun kembali oleh Gubernur Maluku Mr. N. Schaghen pada tahun 1691. Benteng Duurstede berfungsi sebagai bangunan pertahanan serta pusat pemerintahan VOC selama menguasai wilayah Saparua. Pada 16 Mei 1817 benteng ini diserbu oleh rakyat Saparua dibawah pimpinan Kapitan Pattimura, seluruh penghuni benteng tewas kecuali putra Residen yang bernama Juan Van Den Berg. Jatuhnya benteng Duurstede ditangan rakyat Maluku mengakibatkan kedudukan VOC di Ambon dan Batavia goncang. Oleh karena itu, VOC memusatkan perhatiannya untuk merebut kembali benteng. Segala usaha telah dilakukan VOC diantarannya adalah mengirim bantuan tentara dan persenjataan perang, namun demikian setiap penyerangan tersebut selalu gagal. Situasi ini mendorong VOC bertindak lebih agresif, Gubernur van Middelkoop terpaksa meminta bantuan kepada Raja Ternate dan Tidore. Pada bulan November 1817, VOC mengirimkan armada yang berjumlah 1500 orang atas sumbangan dari Raja Ternate dan Tidore tentunya. Penyerbuan ini dipimpin oleh Komisari Jendral A. A Buyskers. Strategi yang dilakukan oleh Buyskers adalah menguasai pulau-pulau di sekitar Saparua, dan selanjutnya menguasai daerah kekuasaan Pattimura. Strategi tersebut ternyata cukup berhasil, Pattimura beserta pasukannya terdesak ke hutan sagu dan pegunungan, hingga akhirnya Kapitan Pattimura beserta tiga orang panglima berhasil ditangkap. Mereka dijatuhi hukuman mati yang dilaksanakan di benteng Nieuw Victoria.
Benteng ini masih tetap dipertahankan bentuk aslinya tanpa merubah bentuknya. Hal ini dikarenakan pemerintah dan warga setempat juga ingin mempertahankan peninggalan sejarah Portugis terebut. Selain Benteng, disekitar Benteng juga terdapat Gereja dan Mesjid tertua di Ambon yang tetap dipertahankan. Benteng ini telah berada selama berabad-abad, namun identitasnya tetap terjaga. Sebagai salah satu symbol Maluku Tengah yang melambangkan perjuangan Pattimura terhadap Maluku. Kekokohan benteng ini pun sangat kuat, karena meskipun sudah beratus tahun, namun Benteng ini tetap kokoh dan menjadi salah satu kawasan wisata di kota Ambon. Kawasan Benteng yang menyimpan sejarah serta lokasi Bentang yang berada di tepi pantai menjadi daya tarik wisatawan.
Pemerintah dan warga setempat tidak ingin melakukan renovasi ataupun merubah identitas Benteng ini karena bagi mereka, Benteng ini adalah symbol kejayaan Maluku pada masa penjajahan.

Sumber lain:
http://www.bentengindonesia.org/sejarah.php?id=6


CAGAR BUDAYA GOLONGAN B
Nama Bangunan: Café Batavia, Jakarta



Bangunannya didirikan antara tahun 1805 dan 1850; merupakan bangunan kedua di daerah Taman Fatahillah ini setelah Town Hall (sekarang Museum Sejarah Jakarta).
Pada awalnya pemilik bangunan ini adalah orang pemerintahan pada saat itu. Kantor pemerintahan berada tepat di depannya, yang sekarang dijadikan Museum Fatahillah. Sebelum Cafe Batavia berdiri, bangunan tiga lantai ini hanya berisi kamar-kamar dan beberapa ruangan dengan beragam fungsi. Bangunan tersebut pernah dijadikan gudang, kantor, coffee shop, juga art gallery. Pada 1993, bangunan ini dibeli oleh seorang warga negara Australia bernama Graham James, yang saat ini menetap di Pulau Bali. Diskotik atau night club di lantai 1 dan fine dining di lantai 2 menjadi awal dimulainya "kehidupan baru" di tempat ini. Tentu saja, setelah bangunan mengalami sedikit renovasi. Baru pada sekitar tahun 1997, pemilik bangunan menjadikan tempat ini sebagai kafe. Krisis moneter menjadi salah satu alasannya.
Hampir semua ruangan yang terdapat di Cafe Batavia masih menggunakan perlengkapan peninggalan pemiliknya di masa silam. Rata-rata perabot dan furniturnya terbuat dari kayu jati Jawa yang diproduksi pada akhir abad ke-19. Semua yang ada di berada di dalam cafe masih asli,di antaranya kursi, meja, dan kayu-kayu yang terdapat di lantai ini. Juga plafon, dinding, dan lampu-lampu yang dipajang di sini, semua model lama. Konsep bangunan Belanda terlihat dari lampu-lampu yang menghiasi pintu-pintu depan kafe. Hanya ada sedikit perabot yang diganti, dan itu pun yang sudah benar- benar rusak.
Meskipun berubah fungsi, namun bentuk fasad, kolom, atap, bahkan furniture di dalam bangunan masih bias dipertahankan untuk tetap mempertahankan identitasnya sebagai bangunan yang memiliki nilai historis.

Sumber lain:
http://lifestyle.okezone.com/read/2008/09/14/30/145810/search.html


CAGAR BUDAYA GOLONGAN C
Nama Bangunan: Museum Le Louvre, Paris



Pada 1874, Istana Louvre telah mencapai bentuk yang sekarang sebuah persegi panjang struktur hampir dengan Sully Wing ke timur berisi Carrée persegi Cour dan bagian tertua dari Louvre, dan dua sayap yang membungkus Cour Napoleon, yang Richelieu Wing ke utara dan Sayap Denon, yang berbatasan dengan Sungai Seine ke selatan. Pada tahun 1983, Presiden Prancis François Mitterrand mengusulkan Le Louvre rencana untuk merenovasi gedung dan memindahkan Departemen Keuangan, yang memungkinkan menampilkan seluruh gedung.
Arsitek I.M. Pei dianugerahi proyek dan mengusulkan kaca piramida untuk berdiri di atas pintu masuk baru di pengadilan utama, Cour Napoleon. Piramida dan lobi bawah tanah perusahaan telah diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1988. Tahap kedua dari rencana Grand Louvre, La Pyramide Inversée ( Piramida terbalik ), diselesaikan pada tahun 1993. Pada 2002, dua kali sudah direnovasi sejak penyelesaian.
Pyramida utama ini adalah pintu masuk utama ke Museum. Sang arsitek menawarkan konsep yang sederhana yaitu sebuah piramida namun konsep ini sangat terasa di lingkungan sekitar museum. Sang arsitek berhasil menyatukan bentuk bangunan istana Louvre dengan kemegahan piramida Museum.
Kini museum ini menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal di Paris.

Sumber lain:

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/02/10/sebuah-masterpiece-museum-le-louvre-paris/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.